Monday 18 October 2010

Surat Al-Baqarah Ayat 89


"Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (Kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu." [QS. Al-Baqarah: 89]

Surat Al-Baqarah ayat 86 diatas menjelaskan tentang orang-orang Yahudi yang ingkar atau kafir kepada Nabi Muhammad SAW, setelah tahu bahwasannya Nabi akhir zaman yang termaktub dalam kitabnya yaitu Kitab Taurat sesuai dengan sifat-sifat yang diberitakannya ternyata bukan berasal dari Bani Israil.
Penjelasan ini berawal ketika Allah SWT menurunkan Kitab Al-Qur'an yang membenarkan khabar-khabar dari Kitab Taurat menjelaskan bahwasannya dahulu orang-orang Yahudi sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW memohon kemenangan berperang atas orang-orang Musyrik Arab (menurut Tafsir Ibnu Katsir orang-orang Musyrik Arab disini adalah berasal dari Suku Aus dan Suku Khajraj) kepada Allah SWT dengan datangnya Nabi Muhammad SAW. Mereka orang-orang Yahudi berdo'a; "Ya Tuhan, sesungguhnya kami memohon dengan Haq Nabi yang Ummi, yang telah Engkau janjikan kepada kami, yang akan Engkau turunkan pada akhir zaman, kecuali yang tidak Engkau tolong kepada kami atas musuhnya". Apabila mereka berdo'a dengan do'a ini mereka mampu mengalahkan musuh-musuhnya.
Orang-orang Yahudi berkata; Bahwasannya akan datang Nabi akhir zaman, kami (orang-orang Yahudi) akan memerangi kalian bersamanya seperti memerang kaum 'Ad dan kaum Iram. Akan tetapi ketika Nabi Akhir Zaman yang Allah turunkan berbangsa Arab bukan dari Bani Israil, maka kemudian orang-orang Yahudi ingkar atau kafir dan dengki kepada Nabi Muhammad SAW. Maka Allah SWT melaknat orang-orang kafir tersebut, yaitu orang-orang Yahudi yang ingkar terhadap Nabi Muhammad SAW.

Wallaahu A'lam Bisshawaab

Daftar bacaan:
  1. Al-Qur'an Dan Terjemahnya; Departemen Agama Republik Indonesia.
  2. As-Shahiihul Musnad Min As-Baabi An-Nuzuuli; Abi 'Abdi Ar-Rahmaan Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i
  3. Hasyiyah Muhyiddin Syaikha Zaadah; Muhammad Bin Muslihu Ad-Diin Musthafa Al-Qujaa Al-Hanafii 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baidhawii.
  4. afsir Al-Qur'aanu Al-'Adziim; Al-Hafidz Abi Fida Ismail Bin 'Umar Bin Katsir Al-Qursy Ad-Dimsyaqi.
  5. Al-Kasyaf Wa Al-Bayan; Al-Ma'ruf Bi Tafsir Ats-Tsa'labi. Li Al-Imaam Al-Hammaam Abu Ishaq Ahmad, Al-Ma'ruf Bi Al-Imaam Ats-Tsa'labi.
  6. Al-Wasiith Fii At-Tafsiiri Al-Qur'aani Al-Majiidi; Abi Al-Hasan 'Ali Bin Ahmad Al-Wahidi An-Naisaburi.

Surat Al-Baqarah Ayat 79


"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: Ini dari Allah, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan" [QS. Al-Baqarah: 79]


Makna dari kata Wail pada ayat diatas adalah celaka, ada pula yang menafsirkannya suatu gunung yang ada di Neraka jahanam.
Adapula yang menafsirkan suatu Wadi yang ada di Neraka jahanam yang diberikan kepada orang-orang Yahudi karena mereka merubah kandungan Kitab Taurat. Mereka menambah isi kandungan ayat tersebut jika hal itu menguntungkan mereka, dan mereka pun menghapus isi kandungan ayat tersebut jika hal itu merugikan mereka. Selain itu mereka juga menghapus nama Muhammad dalam Kitab Taurat tersebut.
Ada pula yang lain yang menafsirkan bahwa mereka para rahib Yahudi menghilangkan tanda-tanda atau sifat-sifat Rasulullah SAW dari Kitab Taurat dan menulisnya dengan sesuatu yang berbeda, serta mereka mengatakan bahwa ayat yang telah mereka ubah tersebut berasal dari Allah SWT. Mereka para Rahib Yahudi juga merubah makna serta takwil dari Kitab Taurat tersebut dengan makna dan takwil-takwil yang menyimpang.
Menurut riwayat dari Ibnu 'Abbas makna Wail adalah lidah api yang menyala dari adzab. Imam Khalil bin Ahmad mengatakan makna Wail adalah penghinaan yang teramat buruk. Imam Sybawaih mengatakan makna Wail adalah orang yang masuk pada jurang kehancuran dan celaka bagi orang terkenanya. Adapula yang menafsirkan makna Wail adalah kesedihan.
Imam Sofyan Ats-Tsauri berkata dari dari 'Abdurrahman Bin 'Alqomah ia bertanya kepada Ibnu 'Abbas perihal ayat tersebut maka Ibnu 'Abbas berkata; Ayat ini diturunkan kepada orang-orang Musyrik dan orang-orang Yahudi.
Kesimpulan dari keterangan diatas adalah bahwasannya ayat 79 surat Al-Baqarah diatas menjelaskan tentang celakanya Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi yang mana mereka itu suka merubah dan menggati kandungan dari Kitab Taurat baik secara dzatiyah yaitu ayat-ayatnya maupun dari segi makna dan takwilnya.

Wallaahu A'alam Bisshawaab
Daftar bacaan:
  1. Al-Qur'an Dan Terjemahnya; Departemen Agama Republik Indonesia.
  2. As-Shahiihul Musnad Min As-Baabi An-Nuszuuli; Abi 'Abdi Ar-Rahmaan Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i.
  3. Hasyiyah Muhyiddin Syaikha Zaadah; Muhammad Bin Muslihu Ad-Diin Musthafa Al-Qujaa Al-Hanafii 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baidhawii.
  4. Tafsir Al-Qur'aanu Al-'Adziim; Al-Hafidz Abi Fida Ismail Bin 'Umar Bin Katsir Al-Qursy Ad-Dimsyaqi.

Sunday 17 October 2010

Dianjurkannya Berpindah Tempat Dalam Shalat Thatawwu' Dari Tempat Yang Digunakan Untuk Shalat Maktubah

  • Al-Adillah
عَنِ اْلمُغِيْرةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللََّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَالِهِ وَسَلَّمَ: لَا يُصَلِّي الْإِمَامُ فِي مَقَامِهِ الّذِي صَلَّي فِيْهِ المَكْتُوْبَةَ حَتَّى يَتَنَحَّى عَنْهُ. رواه ابن ماجة وأبو داود
Artinya: Dari Mughirah Bin Syu'bah ia berkata: “Rasulullah SAW bersabdah; Hendaklah Imam tidak shalat pada tempat yang dipakainya untuk shalat Maktubah sehingga ia menjauhkan diri darinya (tempat yang digunakan untuk shalat Maktubah).” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Abu Daud]

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّي اللََّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : أَيْعْجَزَ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّي أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ أَوْ عَنْ يَمِيْنِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ؟ . رواه أحمد وأبو داود . ورواه ابن ماجة وقالا يعني في السبحة
Dan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW ia berkata: “Apakah salah satu dari kalian tak mampu atau berkuasa ketika shalat untul kedepan atau kebelakang , kekanan atau kekiri? [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud. Dan Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, keduanya berkata: Yaitu pada shalat As-Subhah / Tatawwu']

  • Penjelasan Periwayatan Hadis
Pada hadis yang pertama diatas dalam sanadnya terdapat seorang yang bernama 'Atha' Al-Khurasany tidak bertemu dengan Al-Mughirah bin Syu'bah. Inilah yang diucapkan oleh Abu Daud. Al-Mundziri berkata bahwasannya ‘Atha’ Al-Khurasany dilahirkan pada tahun dimana pada tahun itu Al-Mughirah bin Syu’bah meninggal yaitu pada tahun lima puluh hijarah. Alkhatib berkata: para ‘Ulama bersepakat perihal hal itu. Ada pula yang berpendapat satu tahun sebelum wafatnya Al-Mughirah bin Syu’bah.
Adapun pada hadis yang kedua didalamnya terdapat seorang yang bernama Ibrahim bin Ismail; Abu Hatim Ar-Razy berkata ia adalah rawi yang Majhul.
  • Al-Iidhah
Kedua hadis tersebut menunjukan disyariatkannya seorang Mushalli berpindah tempat dari tempat shalatnya pada setiap dimulainya shalat-shalat sunah yang dikerjakan secara sendirian. Adapaun dasarnya bagi seorang Imam shalat adalah menggunakan hadis yang pertama dan menggunakan keumuman maksud dari hadis yang kedua. Adapun bagi seorang makmum dan orang yang shalat sendirian maka menggunakan keumuman maksud hadis yang kedua serta meng-qiyas-kan dengan hadis yang pertama. Adapun ‘Illah-nya adalah memperbanyak tempat yang digunakan untuk shalat bagi seorang Musahlli seperti apa yang diucapkan oleh Imam Bukhari dan Imam Al-Baghawi; karena tempat-tempat sujud akan menjadi saksi bagi si Mushalli. Seperti firman Allah SWT;

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهاَ

Artinya: “Pada waktu itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah: 4)
Maksudnya adalah bahwasannya bumi akan menceritakan semua apa yang dikerjakan diatas muka bumi itu.
Itulah dasar-dasar yang menjelaskan tentang berpindahnya tempat dalam melaksanakan shalat-shalat Nawafil secara sendirian. Adapun jika tidak berpindah tempat maka seyogyanya memisahkannya dengan berbicara. Rasulullah SAW bersabdah
عَنْ أَنْ تُوْصَلَ صَلاَةًٌبِصَلاَةٍ حَتَّى يَتَكَلََّمَ اْلمُصَلِّى أَوْ يَخْرُجَ
Artinya: “Hendaknya tidak menyambung seorang Musahalli antara satu shalat dengan shalat yang lainnya sehingga ia berbicara atau ia keluar.” (Siriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud)

Wallahu'alam

Tuesday 5 October 2010

Mengenal Beberapa Istilah Dalam Ilmu Falak


Altitude : Altitude atau Irtifa' adalah jarak sudut benda angkasa di atas atau di bawah cakrawala, diukur sepanjang lingkaran besar yang melewati tubuh dan zenit. Ketinggian adalah 90 ° minus jarak zenit.

Astronomical Unit (a.u.) : Satuan panjang yang sama dengan rata-rata efektif, atau jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari. Yang memiliki nilai 149,597,870.7 km (92,955,807.3 miles).

Azimuth : Azimuth atau As-Samtu adalah Jarak sudut yang diukur searah jarum jam di sepanjang cakrawala (horizon) dari titik acuan tertentu (biasanya titik utara sejati) ke arah timur sampai pada persimpangan lingkaran besar diambil dari titik zenit melalui tubuh pada bola langit.

Conjunction : Conjunction atau Ijtima' disebut juga Iqtiran adalah suatu fenomena dimana terdapat dua buah benda langit yang mempunyai bujur langit yang sama.

Culmination : Titik tertinggi yang dicapai suatu benda langit dalam peredaran (semunya) mengelilingi bumi

Declination : Declination atau Al-Mayl adalah sudut jarak pada bola langit utara atau selatan dari khatulistiwa langit (ekuator). Hal ini diukur sepanjang lingkaran jam melalui objek langit. Deklinasi biasanya diberikan dalam kombinasi dengan right ascension atau hour angle.

Delta T (D T) : Selisih antara Dynamical Time dengan Universal Time, khususnya selisih antara Terrestrial Dynamical Time (TDT) dan UT1: D T = TDT-UT1.

Dynamical time : Bagian dari keluarga skala waktu yang diperkenalkan pada tahun 1984 untuk menggantikan waktu ephemeris sebagai argumen independen dari teori dinamik dan ephemerides.

Eclipse : Fenomena astronomi yang terjadi apabila sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa yang lainnya.

Right Ascension : Right Ascension atau Asensio Rekta dalam astronomi islam disebut jugaMathali'ul Baladiyah atau Shu'udul Mustaqim yaitu jarak sudut pada bola langit yang diukur dari titik musim semi atau titik aries (vernal Aquinox) kearah timur sampai titik perpotongan antara lingkaran ekuator dengan deklinasi yang melalui benda langit. RA diukur dalam jam, menit dan detik dengan satu jam sama dengan 15 derajat.
 

Copyright 2010-2011 All Rights Reserved | Mumpung Padhang Rembulane Designed by Bloggers Template | CSS done by Link Building