Monday 29 November 2010

Pengertian An-Nikah



KITAB NIKAH
Pengertian An-Nikah

An-Nikah menurut bahasa adalah; mengumpulkan dan masuknya sesuat pada yang lain. Sedangkan menurut Syara' adalah akad antara sepasang mempelai yang darinya dihalalkannya “hubungan badan”. Hakekat An-Nikah adalah Akad sedang kiyasan An-Nikah adalah “hubungan badan”. Ini adalah makna yang benar, hal ini didasarkan pada Firman Allah Jalla Jalaaluh;

Artinya: “Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemaksyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”1.

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah hakekat An-Nikah adalah “hubungan badan” sedangkan makna kiyasan An-Nikah adalah Akad, hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW;

تَنَاكَحُوْا تَكاَثَرُوْا
Artinya: “Saling nikahlah kamu sekalian dan saling perbanyaklah keturunan.”2

Imam Yahya dan sebagian dari pada sahabat-sahabat Abu Hanifah berkata bahwasannya makna Nikah mencakup makna hakiki dan makna majazi. Abu Al-Qasim Az-Zujaaji juga sependapat dengan hal itu yaitu bahwasannya tidak membedakan makna hakiki dan majazi akan tetapi mencakup keduanya sekaligus.
Al-A'syaa berpendapat bahwasannya makna An-Nikah adalah Tazawwaj (kawin). Allah Jalla Jalaaluh berfirman;

Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin 3
Al-Azhary menakwili ayat tersebut sebagai berikut:
  1. Jika An-Nikah dimaknai sebagai Tazawwaj (kawin) maka takwil dari ayat itu adalah Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina begitu pula perempuan yang berzina tidak mengawini melainkan laki-laki yang berzina.
  2. Adapaun jika An-Nikah dimaknai sebagai Al-Wath'u (hubungan badan) maka takwil dari ayat itu sebagaimana golongan yang berpendapat makna An-Nikah adalah Al-Wath'u adalah Laki-laki yang berzina tidak boleh “berhubungan badan” melainkan perempuan yang berzina begitu pula perempuan yang berzina tidak boleh “berhubungan badan” melainkan laki-laki yang berzina.
Takwil dengan pendapat yang kedua ini menurut Al-Azhary terlalu jauh dari maksud ayat tersebut, karena tidak diketahui penjelasan dari makna An-Nikah kecuali makna Tazwiij (perkawinan). Hal ini didasarkan pada firman Allah Jalla Jalaaluh:

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” 4

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka `iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut`ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.” 5
Surat An-Nur ayat 3 diatas tidak ada lagi keraguan dalam maksud dari ayat itu bahwasannya ayat tersebut menunjukkan makna An-Nikah sebagai At-Tazwiij. Begitu pula pada Surat Al-Ahzab ayat 49 perlu diketahui bahwasannya 'Aqdu At-Tazwiij disebut juga An-Nikah.

Wallaahu A'lam Bi As-Shawaab

Daftar Pustaka:
  1. Al-Qur'an dan Terjemahnya Departemen Agama Republik Indonesia CV. Alawah Semarang 1993.
  2. Al-Ahwaal As-Syakhshiyyah, karangan Al-Imam Abu Zahrah, Dar El-Fiqr Al-'Araby, tanpa tahun.
  3. Nailu Al-Authar Syarah Muntaqaa Al-Akhbaar Min Ahaadiitsi Sayyidi Al-Akhyar, karangan Muhammad Bin 'Ali Bin Muhammad As-Syaukany, Dar El-Fikr Bairut Libanon 1994 M/1414H.
  4. Syarhu Kitaabi An-Nikaahi karangan As-Syaikh 'Ali Ahmad 'Abdul 'Ali At-Thahtawi, Dar El-Kutub Al-'Ilmiyyah, Libanon 2005 M
1QS. An-Nisa Ayat: 25
2Nailu Al-Authar Syarah Muntaqaa Al-Akhbaar Min Ahaadiitsi Sayyidi Al-Akhyar, karangan Muhammad Bin 'Ali Bin Muhammad As-Syaukany, dalam Kitaabu An-Nikaahi, dalam Baabu Al-Hatssi 'Alaihi Wa Karaahati Tarkihi Li Al-Qaadiri 'Alaihi, Jilid: 3 Juz: 6 Hal: 211, Dar El-Fikr Bairut Libanon 1994 M/1414H.
3QS. An-Nur Ayat: 3
4QS. An-Nur Ayat: 32
5QS. Al-Ahzab: 49

Saturday 13 November 2010

Berdo'a Kepada Allah Dengan Tawasul Amal-amal Shalih


Let's Pray For Indonesia

وَعَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطاَبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ انْطَلَقَ ثَلاَثَةِ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَاهُمُ المَبِيْتُ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوْهُ فَاحْدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ اْلغَارَ فَقَالُوْا إِنَّهُ لاَ يَنْجِيْكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوْا اللهِ تَعَالَى بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اَللَّهُمَ كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ وَ كُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً فَنَأَى بِى طَلَبُ الشَّجَرِ فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتِّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُماَ غَبُوْقُهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوْقِظُهُمَا وَأَنْ أُغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِى أَنْتَظِرْ اسْتَيْقَظَهُمَا حَتَّى بَرَقُ الْفَجْرِ وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمِي فَاشْتَيْقَظَا فَشَرَبَا غَبُوْقُهُمَا اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءِ وَجْهِكَ فَفَرَجَ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ فَانْفَرَجَتْ شَيْئاً لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهُ. قَالَ الأَخَرَ: اَللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِي ابْنَةُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ وَ فِي رِوَايَةٍ: كُنْتُ أَحَبُّهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُ الرِّجَالُ النِّسَاءَ فَأَرَدْتُهَا عَلىَ نَفْسِهَا فَامْتَنَعْتُ مِنِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِيْنَ فَجَاءَ تْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِيْنَ وَمِائَةِ دِيْنَارٍ عَلَى أَنْ تَخَلِّى بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلْتُ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا وَفِي رِوَايَةٍ فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ اِتَّقِ الله وَلاَ تَفُضُّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ فَانْصَرَفَتْ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الذِّي أَعْطَيْتُهَا. اَللَّهُمَ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرِجْ عَنَّا مَانَحْنُ فِيْهِ فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهاَ. وَقاَل َالثَّالِثُ: اَللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ أَجْرَاءَ وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الأَمْوَالِ فَجَائَنِى بَعْدَ حِيْنٍ فَقَالَ: يَاعَبْدَ اللهِ أَدَّ إِلَيَّ أَجْرِى, فَقُلْتُ مَاتَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنَ الإِبِلِ وَاْلبَقَرِ وَاْلغَنَمِ وَالرَّقِيْقِ, فَقَالَ: يَاعَبْدَ اللهِ لاَ تَشْتَهْزِئُ بِى فَقُلْتُ لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَأَخَذَهُ كُلُّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكُ مِنْهُ شَيْئًا, اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرِجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوْا يَمْشُوْنَ . متفق عليه.

Artinya: “Abdullah bin 'Umar r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabdah; terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalan dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang dalam gua itu, jatuh batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka: sungguh tiada suatu yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini keculai jika tawassul kepada Allah SWT dengan amal-amal shalih yang pernah kamu lakukan dahulu kala. Maka berkatalah seorang dari mereka: Ya Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya tidak memberikan susu pada seorang pun sebelum keduanya baik pada keluarga maupun hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejahuan bagiku mengembala ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali pada suatu malam dan ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya pun segan untuk membangunkan keduanya, dan saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bunda itu. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan meminum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu juga anak-anak ku pada menangis minta susu itu, didekat kakiku. Ya Allah jika saya berbuat ini semata-mata mengharap keridhan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar daripadanya.”
Berdo'a yang kedua: “Ya Allah dahulu saya pernah terikat cinta kasih kepada anak gadis pamanku, maka karena sangat cinta kasihku, saya selalu ingin merayu dan ingin berzina padanya. Tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang seratus duapuluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya padaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata: Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun dari padanya padahal saya masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah jika saya berbuat ini semata-mata mengharap keridhan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar daripadanya.”
Berdo'a yang ketiga: Ya Allah saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tida sabar menunggu, segera ia pergi dan meninggalkan upah itu kemudian segera pulang kerumahnya dan tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga berupa kekayaan. Kemudian setelah lama datanglah buruh itu dan berkata: Hai Abdullah berilah upahku dahulu itu! Jawabku: semua kekayaan didepanmu itu dari pada upahmu yang berupa unta, lembu dan kambing serta budak pengembalanya itu. Berkatalah orang itu: Hai Abdullah kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku: Aku tidak mengejek kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak meninggalkan suatu pun dari padanya. Ya Allah jika saya berbuat ini semata-mata mengharap keridhan-Mu, maka lapangkanlah kesempitan ini. Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga mereka dapat keluar dengan selamat.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Source:
  • Hadis tersebut diatas diambil dari kitab Riyaadus Shaalihiin karangan Al-Imam Abu Zakariya Yahya Muhyiddin Bin Syarof An-Nawawi.
  • Hadis tersebut diatas diriwayatkan oleh Al-Imam Abi 'Abdillah Bin Ismail Bin Ibrahim Ibnu Mughirah Bin Bardzibah Al-Bukhari Al-Ja'fi (Imam Al-Bukhari) dalam Kitab Shahiihu Al-Bukhari Jilid: 2, Juz: 4, dalam Kitaabu Al-Anbiyaai, Bab: Am Hasibta Anna As-Haaba Al-Khafi Wa Ar-Raqiimi, Pada: Hadiisu Al-Ghaar, Hal: 147-148, Dar El-Fikr, Bairut-Libanon, 1981 M / 1401 H.
  • Hadis tersebut juga diriwayatkan pula oleh Al-Imam Abi Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qushairi An-Naisyaburi dalam Kitab Al-Jamii'u As-Shahiihi Jilid: 4, Juz: 8, dalam Kitaabu Ar-Riqaq, Bab: Qisshatu As-Haabil Ghaari Ats-Tsalaatsati Wa At-Tawassuli Bi As-Shaaliihi Al-A'amaali, Hal: 89-90, Dar El-Fikr, Bairut-Libanon, Tanpa Tahun.

Al-Iidhah:
Hadis tersebut diatas mengandung banyak sekali faedah yang dapat kita ambil. Mulai dari dianjurkannya berdo'a ketika kesusahan atau kepayahan, tawasul kepada Allah dengan amal shalih, keutamaan berbuat baik kepada orang tua, mengajak menjaga diri dari berbuat keji serta meninggalkannya karena Allah hingga memberikan hak kepada seseorang dengan setelah membantunya mengembangkan dari apa yang telah menjadi haknya. Dan masih banyak lagi hikmah yang dapat dipetih dari kisah 3 orang dari penghuni gua itu, dan yang terpenting adalah semua itu diniati dengan ikhlas atau hanya mengharap ridha Allah SWT.
Pada pembahasan kali ini penulis hanya membatasi pada Tawassul Ilaa Allahi Bii As-Shaalihi Al-A'maali yaitu bertawasul kepada Allah SWT dengan amal shalih yang telah dikerjakan. Hal ini penulis lakukan karena tujuan dari ditulisnya makalah ini agar mengajak kepada sahabat semua untuk memohon dan berdo'a kepada Allah SWT dengan Tawasul Amal Shalih agar bencana yang sedang menimpa bangsa kita ini, sejak Sunami Aceh hingga Erupsi Merapi ini segera selesai. Ameen Yaa Rabb.
Akan tetapi sebelumnya kita perlu mengenal dahulu apakah Tawasul itu. Tawasul adalah memohon atau berdo'a kepada Allah dengan Wasilah atau lantaran. Dalam Islam berdo'a dengan wasilah atau lantaran diperbolehkan bahkan dianjurkan. Tetapi tidak semua wasilah atau lantaran diperbolehkan. Wasilah kepada kubur-kubur atau kepada orang yang telah mati didalam Islam tidak diperbolehkan sebab hal itu menimbulkan ke-syirikan serta bahwasannya orang yang telah mati itu terputus amalnya keculai tiga perkara yaitu Shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan Anak yang sholeh yang selalu mendoakannya. Akan tetapi penulis tidak akan menjelaskan secara panjang lebar pada pembahasan kali ini, karena pada kajian-kajian yang telah lalu telah penulis terangkan. Adapaun jika masih kurang jelas bisa ditanyakan pada session tanya jawab setelah kajian ini.
Dalam Kitab Bahjatu An-Naadzirin Syarhu Rayaadi As-Shaalihin yang ditulis oleh Abu Usamah Salim Bin 'Iid Al-Hilaali dijelaskan bahwasannya, Fiqih Hadis dari hadis diatas adalah diperbolehkannya oleh syara' untuk Tawasul kepada Allah SWT dengan amal shalih, seperti Tawasul dengan sifat-sifat Allah dan Asma-asmanya. Selain itu seperti tawasul dengan Do'a Orang Shalih (meminta kepada orang yang dianggap sholeh untuk mendoakannya) didalam syara' juga diperbolehkan. Adapun Tawasul dengan Dzat-dzatnya para Nabi dan Auliya' serta kubur-kubur mereka maka hal itu tidak diperbolehkan oleh Syara' dan itu merupkan Bid'ah yang Dzalalah maka harus dijauhi.
Kesimpulannya adalah bahwasannya syara' memperbolehkan untuk berdo'a atau memohon kepada Allah SWT dengan Tawasul amal-amal shalih. Bahkan dalam Kitab Daliilu Al-Faalihiina Lii Thuruuqi Raiyaadi As-Shaalihiin yang ditulis oleh Al-'Alaamah Muhammad Bin 'Ilan As-Shadiqy As-Syafi'i Al-Asy'ari Al-Maky dijelaskan bahwasannya berdo'a atau memohon kepada Allah dengan tawasul amal shalih itu dianjurkan karena mereka 3 orang dari penghuni gua itu mengerjakan hal itu dan do'a mereka pun diijabahi oleh Allah SWT.

Tsamratuhu:
Sahabatku semua, mari kita kembali merenung melihat Ibu Pertiwi kita. Beliau sedang berduka sahabat, beliau kini sedang diperbaringan. Bencana yang menimpa negeri kita ini seakan-akan tak pernah berhenti, bahkan terus-terusan saja kawan. Sejaka bencana Tsnuami Aceh yang menewaskan lebih dari pada 200,000 jiwa hingga sekarang ini erupsi merapi yang belum kunjung usai ini sekan bencana di negeri ini taka mau hengkang. Entah sampai kapan sahabat???
Sahabatku semua, mungkin kita sering ngeyel sama Allah, atau sak karepe dewe atas batasan Allah, atau tidak mau taat kepada Allah SWT. Entah apa itu namanya yang jelas tingkah laku kita yang sering membuat Allah murka dan kecewa dengan kita. Mari sahabatku kita memohon ampun kepada Allah, semoga dengan banyaknya kita memohon ampun kepada Allah SWT, Allah menjadi trenyuh dengan kita dan mengampuni dosa-dosa kita dan menghentikan bencana yang sedang merundung negeri kita ini.
Sahabatku semua, kita bukanlah para Shahabat Nabi SAW yang sudah tentu dijamin masuk surga oleh Allah SWT, yang ketika berdo'a selalu diijabahi do'anya oleh Allah SWT. Masihkah kita teringat Tarikhnya 'Umar r.a sahabat, ketika beliau memerintahkan sungai Nil untuk berhenti meminta perembahan dan sungai Nil pun tunduk kepada 'Umar r.a sahabat?? dan hingga sekarang sungai Nil tetap mengalirkan airnya hingga sekarang tanpa henti?? kita tidak seperti beliau sahabat, dan tentunya tidak pula seperti Shahabat Rasul lainnya. Kita tidak bisa memerintah Gunung Merapi untuk berhenti dari batuknya, kita tidak bisa memerintah lempeng bumi untuk tidak mngeliat begitu kuat, sehingga saya dan sahabat tidak terkena dampaknya. Semua itu karena kita terlalu jauh dari pada Shahabat-shabat Rasul dari segi keimanan dan ketakwaan mereka.
Sahabatku semua, janganlah kalian bersedih melihat negeri kita ini yang terus-terusan dirundung bencana. Sahabatku semua, mari kita berdo'a, saya yakin setiap dari diri sahabatku semua pasti mempunyai amal shalih sekecil apapun, yang ketika mengerjakannya bener-bener tulus ikhlas karena hanya mengarap ridaha Allah Jallaa Jalaaluh. Mari sahabatku semua, kita berdo'a memohon kepada Allah Rabbul 'Izati dengan Tawasul Amal shalih kita agar ujian bencana yang sedang menyelimuti negeri ini lekas usai. Saya yakin wahai sahabatku semuanya, Allah akan trenyuh dengan do'a kita, dan Allah pun pasti akan mengabulkan do'a kita karena saya yakin senyum tercinta dari negeri ini akan tersungging indah. Dan mari kita jaga slalu sahabatku semua agar Allah senantiasa mejadikan negeri ini negeri yang Baldatun Tahyyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Ameen Yaa Rabbana, Istajib Du'aana Yaa Latieef....

Wallaahu A'lam Bi As-Sawaab


Daftar Pustaka
  1. Al-Jamii'u As-Shahiihi Lii Al-Imam Abi Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qushairi An-Naisyaburi. Dar El-Fikr, Bairut-Libanon, Tanpa tahun.
  2. Bahjatu An-Nadziriin Syarhu Raiyaadi As-Shaalihin Lii Abu Usamah Salim Bin 'Iid Al-Hilaali. Dar Ibnu Al-Jauzi. Tanpa tahun.
  3. Daliilu Al-Faalihiina Lii Thuruuqi Raiyaadi As-Shaalihiin Lii Al-'Alaamah Muhammad Bin 'Ilan As-Shadiqy As-Syafi'i Al-Asy'ari Al-Maky. Dar Kutub Al-'Araby Bairut-Libanon, Tanpa tahun
  4. Nuzhatu Al-Muttaqiin Syarhu Riyaadu As-Shaalihiina Min Kalaami Sayyidi Al-Mursaliina Lii Dr. Musthofa S'aid Al-Khan, Dr. Musthofa Al-Bugha, Muhyiddin Mastuu, 'Ali As-Syirji, Muhammad Amiin Luthfi. Muassasah Ar-Risalah. Bairut 1987 M / 1407 H.
  5. Riyaadus Shaalihiin Lii Al-Imam Abu Zakariya Yahya Muhyiddin Bin Syarof An-Nawawi.
  6. Shahiihu Al-Bukhari Lii Al-Imam Abi 'Abdillah Bin Ismail Bin Ibrahim Ibnu Mughirah Bin Bardzibah Al-Bukhari Al-Ja'fi (Imam Al-Bukhari). Dar El-Fikr, Bairut-Libanon, 1981 M / 1401 H.

Monday 18 October 2010

Surat Al-Baqarah Ayat 89


"Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (Kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu." [QS. Al-Baqarah: 89]

Surat Al-Baqarah ayat 86 diatas menjelaskan tentang orang-orang Yahudi yang ingkar atau kafir kepada Nabi Muhammad SAW, setelah tahu bahwasannya Nabi akhir zaman yang termaktub dalam kitabnya yaitu Kitab Taurat sesuai dengan sifat-sifat yang diberitakannya ternyata bukan berasal dari Bani Israil.
Penjelasan ini berawal ketika Allah SWT menurunkan Kitab Al-Qur'an yang membenarkan khabar-khabar dari Kitab Taurat menjelaskan bahwasannya dahulu orang-orang Yahudi sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW memohon kemenangan berperang atas orang-orang Musyrik Arab (menurut Tafsir Ibnu Katsir orang-orang Musyrik Arab disini adalah berasal dari Suku Aus dan Suku Khajraj) kepada Allah SWT dengan datangnya Nabi Muhammad SAW. Mereka orang-orang Yahudi berdo'a; "Ya Tuhan, sesungguhnya kami memohon dengan Haq Nabi yang Ummi, yang telah Engkau janjikan kepada kami, yang akan Engkau turunkan pada akhir zaman, kecuali yang tidak Engkau tolong kepada kami atas musuhnya". Apabila mereka berdo'a dengan do'a ini mereka mampu mengalahkan musuh-musuhnya.
Orang-orang Yahudi berkata; Bahwasannya akan datang Nabi akhir zaman, kami (orang-orang Yahudi) akan memerangi kalian bersamanya seperti memerang kaum 'Ad dan kaum Iram. Akan tetapi ketika Nabi Akhir Zaman yang Allah turunkan berbangsa Arab bukan dari Bani Israil, maka kemudian orang-orang Yahudi ingkar atau kafir dan dengki kepada Nabi Muhammad SAW. Maka Allah SWT melaknat orang-orang kafir tersebut, yaitu orang-orang Yahudi yang ingkar terhadap Nabi Muhammad SAW.

Wallaahu A'lam Bisshawaab

Daftar bacaan:
  1. Al-Qur'an Dan Terjemahnya; Departemen Agama Republik Indonesia.
  2. As-Shahiihul Musnad Min As-Baabi An-Nuzuuli; Abi 'Abdi Ar-Rahmaan Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i
  3. Hasyiyah Muhyiddin Syaikha Zaadah; Muhammad Bin Muslihu Ad-Diin Musthafa Al-Qujaa Al-Hanafii 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baidhawii.
  4. afsir Al-Qur'aanu Al-'Adziim; Al-Hafidz Abi Fida Ismail Bin 'Umar Bin Katsir Al-Qursy Ad-Dimsyaqi.
  5. Al-Kasyaf Wa Al-Bayan; Al-Ma'ruf Bi Tafsir Ats-Tsa'labi. Li Al-Imaam Al-Hammaam Abu Ishaq Ahmad, Al-Ma'ruf Bi Al-Imaam Ats-Tsa'labi.
  6. Al-Wasiith Fii At-Tafsiiri Al-Qur'aani Al-Majiidi; Abi Al-Hasan 'Ali Bin Ahmad Al-Wahidi An-Naisaburi.

Surat Al-Baqarah Ayat 79


"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: Ini dari Allah, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan" [QS. Al-Baqarah: 79]


Makna dari kata Wail pada ayat diatas adalah celaka, ada pula yang menafsirkannya suatu gunung yang ada di Neraka jahanam.
Adapula yang menafsirkan suatu Wadi yang ada di Neraka jahanam yang diberikan kepada orang-orang Yahudi karena mereka merubah kandungan Kitab Taurat. Mereka menambah isi kandungan ayat tersebut jika hal itu menguntungkan mereka, dan mereka pun menghapus isi kandungan ayat tersebut jika hal itu merugikan mereka. Selain itu mereka juga menghapus nama Muhammad dalam Kitab Taurat tersebut.
Ada pula yang lain yang menafsirkan bahwa mereka para rahib Yahudi menghilangkan tanda-tanda atau sifat-sifat Rasulullah SAW dari Kitab Taurat dan menulisnya dengan sesuatu yang berbeda, serta mereka mengatakan bahwa ayat yang telah mereka ubah tersebut berasal dari Allah SWT. Mereka para Rahib Yahudi juga merubah makna serta takwil dari Kitab Taurat tersebut dengan makna dan takwil-takwil yang menyimpang.
Menurut riwayat dari Ibnu 'Abbas makna Wail adalah lidah api yang menyala dari adzab. Imam Khalil bin Ahmad mengatakan makna Wail adalah penghinaan yang teramat buruk. Imam Sybawaih mengatakan makna Wail adalah orang yang masuk pada jurang kehancuran dan celaka bagi orang terkenanya. Adapula yang menafsirkan makna Wail adalah kesedihan.
Imam Sofyan Ats-Tsauri berkata dari dari 'Abdurrahman Bin 'Alqomah ia bertanya kepada Ibnu 'Abbas perihal ayat tersebut maka Ibnu 'Abbas berkata; Ayat ini diturunkan kepada orang-orang Musyrik dan orang-orang Yahudi.
Kesimpulan dari keterangan diatas adalah bahwasannya ayat 79 surat Al-Baqarah diatas menjelaskan tentang celakanya Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi yang mana mereka itu suka merubah dan menggati kandungan dari Kitab Taurat baik secara dzatiyah yaitu ayat-ayatnya maupun dari segi makna dan takwilnya.

Wallaahu A'alam Bisshawaab
Daftar bacaan:
  1. Al-Qur'an Dan Terjemahnya; Departemen Agama Republik Indonesia.
  2. As-Shahiihul Musnad Min As-Baabi An-Nuszuuli; Abi 'Abdi Ar-Rahmaan Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i.
  3. Hasyiyah Muhyiddin Syaikha Zaadah; Muhammad Bin Muslihu Ad-Diin Musthafa Al-Qujaa Al-Hanafii 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baidhawii.
  4. Tafsir Al-Qur'aanu Al-'Adziim; Al-Hafidz Abi Fida Ismail Bin 'Umar Bin Katsir Al-Qursy Ad-Dimsyaqi.

Sunday 17 October 2010

Dianjurkannya Berpindah Tempat Dalam Shalat Thatawwu' Dari Tempat Yang Digunakan Untuk Shalat Maktubah

  • Al-Adillah
عَنِ اْلمُغِيْرةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللََّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَالِهِ وَسَلَّمَ: لَا يُصَلِّي الْإِمَامُ فِي مَقَامِهِ الّذِي صَلَّي فِيْهِ المَكْتُوْبَةَ حَتَّى يَتَنَحَّى عَنْهُ. رواه ابن ماجة وأبو داود
Artinya: Dari Mughirah Bin Syu'bah ia berkata: “Rasulullah SAW bersabdah; Hendaklah Imam tidak shalat pada tempat yang dipakainya untuk shalat Maktubah sehingga ia menjauhkan diri darinya (tempat yang digunakan untuk shalat Maktubah).” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Abu Daud]

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّي اللََّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : أَيْعْجَزَ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّي أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ أَوْ عَنْ يَمِيْنِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ؟ . رواه أحمد وأبو داود . ورواه ابن ماجة وقالا يعني في السبحة
Dan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW ia berkata: “Apakah salah satu dari kalian tak mampu atau berkuasa ketika shalat untul kedepan atau kebelakang , kekanan atau kekiri? [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud. Dan Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, keduanya berkata: Yaitu pada shalat As-Subhah / Tatawwu']

  • Penjelasan Periwayatan Hadis
Pada hadis yang pertama diatas dalam sanadnya terdapat seorang yang bernama 'Atha' Al-Khurasany tidak bertemu dengan Al-Mughirah bin Syu'bah. Inilah yang diucapkan oleh Abu Daud. Al-Mundziri berkata bahwasannya ‘Atha’ Al-Khurasany dilahirkan pada tahun dimana pada tahun itu Al-Mughirah bin Syu’bah meninggal yaitu pada tahun lima puluh hijarah. Alkhatib berkata: para ‘Ulama bersepakat perihal hal itu. Ada pula yang berpendapat satu tahun sebelum wafatnya Al-Mughirah bin Syu’bah.
Adapun pada hadis yang kedua didalamnya terdapat seorang yang bernama Ibrahim bin Ismail; Abu Hatim Ar-Razy berkata ia adalah rawi yang Majhul.
  • Al-Iidhah
Kedua hadis tersebut menunjukan disyariatkannya seorang Mushalli berpindah tempat dari tempat shalatnya pada setiap dimulainya shalat-shalat sunah yang dikerjakan secara sendirian. Adapaun dasarnya bagi seorang Imam shalat adalah menggunakan hadis yang pertama dan menggunakan keumuman maksud dari hadis yang kedua. Adapun bagi seorang makmum dan orang yang shalat sendirian maka menggunakan keumuman maksud hadis yang kedua serta meng-qiyas-kan dengan hadis yang pertama. Adapun ‘Illah-nya adalah memperbanyak tempat yang digunakan untuk shalat bagi seorang Musahlli seperti apa yang diucapkan oleh Imam Bukhari dan Imam Al-Baghawi; karena tempat-tempat sujud akan menjadi saksi bagi si Mushalli. Seperti firman Allah SWT;

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهاَ

Artinya: “Pada waktu itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah: 4)
Maksudnya adalah bahwasannya bumi akan menceritakan semua apa yang dikerjakan diatas muka bumi itu.
Itulah dasar-dasar yang menjelaskan tentang berpindahnya tempat dalam melaksanakan shalat-shalat Nawafil secara sendirian. Adapun jika tidak berpindah tempat maka seyogyanya memisahkannya dengan berbicara. Rasulullah SAW bersabdah
عَنْ أَنْ تُوْصَلَ صَلاَةًٌبِصَلاَةٍ حَتَّى يَتَكَلََّمَ اْلمُصَلِّى أَوْ يَخْرُجَ
Artinya: “Hendaknya tidak menyambung seorang Musahalli antara satu shalat dengan shalat yang lainnya sehingga ia berbicara atau ia keluar.” (Siriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud)

Wallahu'alam

Tuesday 5 October 2010

Mengenal Beberapa Istilah Dalam Ilmu Falak


Altitude : Altitude atau Irtifa' adalah jarak sudut benda angkasa di atas atau di bawah cakrawala, diukur sepanjang lingkaran besar yang melewati tubuh dan zenit. Ketinggian adalah 90 ° minus jarak zenit.

Astronomical Unit (a.u.) : Satuan panjang yang sama dengan rata-rata efektif, atau jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari. Yang memiliki nilai 149,597,870.7 km (92,955,807.3 miles).

Azimuth : Azimuth atau As-Samtu adalah Jarak sudut yang diukur searah jarum jam di sepanjang cakrawala (horizon) dari titik acuan tertentu (biasanya titik utara sejati) ke arah timur sampai pada persimpangan lingkaran besar diambil dari titik zenit melalui tubuh pada bola langit.

Conjunction : Conjunction atau Ijtima' disebut juga Iqtiran adalah suatu fenomena dimana terdapat dua buah benda langit yang mempunyai bujur langit yang sama.

Culmination : Titik tertinggi yang dicapai suatu benda langit dalam peredaran (semunya) mengelilingi bumi

Declination : Declination atau Al-Mayl adalah sudut jarak pada bola langit utara atau selatan dari khatulistiwa langit (ekuator). Hal ini diukur sepanjang lingkaran jam melalui objek langit. Deklinasi biasanya diberikan dalam kombinasi dengan right ascension atau hour angle.

Delta T (D T) : Selisih antara Dynamical Time dengan Universal Time, khususnya selisih antara Terrestrial Dynamical Time (TDT) dan UT1: D T = TDT-UT1.

Dynamical time : Bagian dari keluarga skala waktu yang diperkenalkan pada tahun 1984 untuk menggantikan waktu ephemeris sebagai argumen independen dari teori dinamik dan ephemerides.

Eclipse : Fenomena astronomi yang terjadi apabila sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa yang lainnya.

Right Ascension : Right Ascension atau Asensio Rekta dalam astronomi islam disebut jugaMathali'ul Baladiyah atau Shu'udul Mustaqim yaitu jarak sudut pada bola langit yang diukur dari titik musim semi atau titik aries (vernal Aquinox) kearah timur sampai titik perpotongan antara lingkaran ekuator dengan deklinasi yang melalui benda langit. RA diukur dalam jam, menit dan detik dengan satu jam sama dengan 15 derajat.

Saturday 10 April 2010

Arah Qiblat

            A. AT-TA'RIIF
Pegertian Qiblat;
  • Qiblat dari segi bahasa diambil dari akar kata Qabala – Yaqbulu yang berarti menghadap.
  • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Qiblat diartikan sebagai arah ke Ka'bah di Mekah (ketika shalat).
  • Dalam Kamus Al-Munawwir Qiblat diartikan Ka'bah.
  • Dalam Hasyiyyah Muhyiddin Syaikha Zaadah 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baedhawi karangan Muhammad Ibnu Muslih Ad-Diini Musthafaa Al-Qoujaa Al-Hanafi disebutkan bahwa dikatakan Qiblat karena seorang Mushalli menghadapinya ketika ia melaksanakan shalat hal ini diambal dari pengertianya menurut Syara'.

B. AL-ADILLAH
Dalil-dalil Syar'i;
  • Dan darimana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Sesunggunya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 149)
  • Dan darimana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang dzalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Ku-sempurnakan ni'mat-Ku atas kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 150)
  • Bila kamu hendak shalat maka sempurnakanlah wudhu lalu menghadaplah ke Qiblat kemudian bertakbirlah”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
  • Bahwa sesungguhnya Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah beliau berdo'a di sudut-sudutnya dan tidak shalat sidalamnya sampai beliau keluar. Kemudian setelah keluar beliau shalat dua raka'at didepan ka'bah, lalu berkata “Inilah Qiblat”. (HR. Muslim dari Usamah bin Ziad)
  • Bahwa kami pernah berpergian bersama Nabi pada malam yang gelap sehingga kami tidak mengetahui kemana arah Qiblat. Kemudian kami melakukan shalat menurut keyakinan. Setelah pagi hari kami menuturkan hal demikian itu kepada Nabi, lalu turun ayat “Kemana saja kalian menghadap, disanalah Dzat Allah”. (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Amir)

C. AL-HUKMU
Para 'Ulama telah bersepakat bahwa bahwa shalat dengan menghadap ke arah Qiblat merupakan syarat sahnya shalat. Maka tidaklah sah shalat seseorang jika tidak menghadap ke arah kiblat.
Akan tetapi dalam keadaan tertentu seorang mushalli diberikan keringanan atau diperbolehkan untuk tidak menghadap kearah Qiblat yaitu;
  • Dalam keadaan takut, terpaksa atau dalam keadaan sakit berat maka diperbolehkan untuk tidak menghadap Qiblat pada waktu shalat. Hal ini didasari oleh firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 239 yang berbunyi; “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya) maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang kamu belum ketahui”.
  • Seseorang yang shalat sunah diatas kendaraan maka mereka diperbolehkan untuk tidak menghadap Qiblat. Hal ini didasari oleh hadis Nabi SAW yang yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah serta menurut riwayat dari Imam Muslim, Tirmizy dan Ahmad yang menjelaskan bahwa suatu saat Nabi SAW sedang mengerjakan shalat sunah diatas kendaraan ketika itu beliau melakukan perjalanan dari Mekah menuju Madinah, maka turunlah firman Allah SWT yang berbunyi; “.......... maka ke manapun kamu menghadap disitulah wajah Allah”. (QS, Al-Baqarah ayat 115)

D. AL-IIDHAH
Penjelasan;
Terdapat tiga hal yang amat penting yang berhubungan dengan perintah untuk menghadap ke Masjidil Haram ketika melaksanakan shalat bagi seluruh umat yang yang di penjuru bumi ini. Imam Fahruddin Ar-Razy berkata seperti yang ditulis Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya yang berjudul Tafsiiru Al-Qur'aani Al-'Adziimi beliau menjelaskan bahwa tiga hal tersebut adalah;
  1. Ditujukan bagi seorang Mushalli yang shalat sedang ia dapat melihat Ka'bah.
  2. Ditujukan bagi seseorang Mushali yang shalat sedang ia berda di Mekah akan tetapi tidak dapat melihat Ka'bah secara langsung.
  3. Ditujukan bagi seorang Mushalli yang berada diseluruh penjuru negeri sedang ia tidak dapat melihat Ka'bah ketika ia shalat.
    Sedangkan menurut Imam Al-Qurtubi tiga hal tersebut adalah;
  1. Ditujukan bagi seorang Mushalli yang berada di Mekah.
  2. Ditujukan bagi seorang Mushalli yang berada di negeri selain Mekah.
  3. Ditujukan bagi seorang Mushalli yang sedang melakukan perjalanan.

Dalam Kitab Al-Muharriru Al-Wajiizu Fii Tafsiiri Kitaabi Al-'Aziiz karangan Abii Muhammad 'Abdu Al-Haqqi Ibni 'Athiyyah Al-Andulisi diterangkan ketika membahas Surat Al-Baqarah ayat 148-150 diatas Ibnu 'Athiyya menjelaskan bahwa menghadap kearah Qiblat adalah Fadhu hukumnya selama ia dapat melihat Ka'bah, adapun jika Ka'bah tersebut tidak dapat dilihat maka Fardhu baginya untuk ijtihad dalam menentukan arah Qiblat, sedangkan apabila ia sudah berijtihad kemudia ia tahu bahwasannya salah maka tidak ada dosa baginya, hal ini adalah pendapat yang banyak dari kalangan para 'Ulama, Sedangkan menurut Imam Malik harus diganti pada waktu yang lainnya.


Wallaahua'lam Bisshawaab


DAFTAR PUSTAKA

  1. Al-Qur'an dan Terjemahnya; Departemen Agama Republik Indonesia
  2. Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik; Muhyiddin Khazin
  3. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern; Dr. Susiknan Az-Hari, M.A
  4. Hasyiyyah Muhyiddin Syaikha Zaadah 'Alaa Tafsiiri Al-Qaadhi Al-Baedhawi Lii Muhammad Ibnu Muslih Ad-Diini Musthafaa Al-Qoujaa Al-Hanafi.
  5. Tafsiiru Al-Qur'aani Al-'Adziimi Lii Al-Haafidz Abii Al-Fidaai Ismaa'iilu Ibnu 'Umari Ibnu Katsiri Al-Qursyii Ad-Dimsyaqii.
  6. Tafsiiru Ibni 'Athiyyah Al-Muharriru Al-Wajiizu Fii Tafsiiri Kitaabi Al-'Aziiz Lii Abii Muhammad 'Abdu Al-Haqqi Ibni 'Athiyyah Al-Andulisi

Tuesday 16 March 2010

Empat Gaya Fundamental Alam

1. Gaya Nuklir Kuat atau Gaya Inti Kuat (strong nuclear force)
Gaya nuklir kuat atau gaya inti kuat adalah gaya yang menjaga inti tetap utuh, yang merupakan gaya yang paling dahsyat menurut hukum-hukum fisika.
Gaya ini menjaga proton dan neutron dalam inti atom tetap di tempatnya. Gaya ini sangat kuat sehingga nyaris menyebabkan proton dan neutron dalam inti atom saling berikatan.
Jarak gaya nuklir kuat sangat pendek, bahkan tidak dapat dirasakan pada jarak lebih dari garis tengah inti atom sehingga sepanjang itulah ukuran garis tengan inti atom.
Kekuatan ikatan tersebut disesuaikan dengan sangat teliti. Kemampuan gaya nuklir kuat lebih kuat dari pada gaya elektromagnetik (sekitar seratus kali) dan gaya gravitasi. Intensitas gaya ini pun telah diatur secara spesifik oleh Rabbul 'Izzati agar proton dan neutron tetap berada pada jarak tertentu. Dengan kata lain akan terjadi tabrakan ataupun saling bertolakan antar proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan jika besar gaya tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membentuk inti atom. Dan tentunya alam raya ini pun tidak akan terbentuk sempurna seperti sekarang ini jika porsi yang diberikan gaya nuklir kuat tidak sesuai untuk membentuk inti atom.

2. Gaya Nuklir Lemah atau Gaya Inti Lemah (weak nuclear force)
Gaya nuklir lemah atau sering disebut juga interaksi inti lemah adalah gaya yang bertanggung jawab atas keseimbangan antara proton dan neutron dalam inti atom ketika terjadi proses peluruhan radioaktif saat inti atom yang tidak stabil membelah (fisi) menjadi dua atau lebih sehingga tidak tiba-tiba terurai atau memancarkan radisi yang berbahaya.
Dinamakan interaksi lemah karena kemampuan gaya ini lebih lemah dari pada gaya nuklir kuat dan keelektromagnetan serta lebih kuat dari pada gaya gravitasi sekitar 1025 kali.
Interaksi inti lemah juga menjadi pendorong proses peluruhan beta. Yaitu proses yang terjadi apabila sebuah neutron terasing secara tiba-tiba (menurut sains manusia dan secara sistematis serta sempurna menurut Maha Luasanya Ilmu Allah Rabbul 'Izzati) memancarkan sebuah elektron yang dahulu dikenal sebagai sinar beta bersama antineutrino elektron yang kemudian beralih bentuk menjadi proton. Walaupun banyak elektron yang terjaga karena antineutrino elektron yang menyeimbangkan neraca. Hal ini boleh dan bisa terjadi dalam aturan kuantum.

3. Gaya Elektromagnetik (electromagnetic force)
Gaya elektromagnetik adalah gaya yang diakibatkan oleh medan elektromagnetik terhadap partikel-partikel yang bermuatan listrik. Gaya inilah yang Gaya inilah yang membuat partikel-partikel yang bermuatan listrik berlawanan saling tarik-menarik dan partikel-partikel bermuatan sama akan saling tolak-tolak menolak. Sehingga menjaga elektron-elektron dan proton-proton tetap bersama dalam sebuah atom serta menjaga atom-atom tetap bersama dalam sebuah molekul.
Perubahan kekuatan sekecil apa pun pada gaya ini dapat menyebabkan atom tidak terbentuk dikarenakan elektron-elektron terlepas jauh dari inti atom atau sebaliknya. Dan konsekwensinya alam raya ini pun tidak akan terbentuk.

4. Gaya Gravitasi (gravity)
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa dialam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori Relativitas Umum dari Einstein (Teori yang melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang dan waktu), namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan paparan yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Gaya inilah yang menyebabkan galaksi-galaksi, planet-planet dan bintang-bintang yang berada di alam semesta ini tetap pada orbitnya masing-masing. Perubahan sekecil apapun pada gaya ini dapat menyebabkan benda-benda langit menjadi saling bertabrakan atau keluar dari orbitnya masing-masing.

Daftar bacaan;
  1. Fisika Modern; Jhon Gribbin
  2. Kesempurnaan Penciptaan Atom; Harun Yahya
  3. http://www.wikipedia.com

7 Besaran Dasar Fisika

  1. Panjang dengan satuan Meter. Didefinisikan sebagai 1650763,73 kali panjaang gelombang cahaya transisi 2p10 – 2d5 isotop Kr86

  2. Massa dengan satuan Kilogram. Didefinisikan sebagai massa sebuah silinder iridium yang disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional di Prancis.

  3. Waktu dengan satuan Sekon. Didefinisikan sebagai 9192631770 kali periode transisi antara dua tingkat energi di tingkat energi dasar atom Cs133

  4. Temperatur atau Suhu dengan satuan Kelvin. Didefinisikan sebagai 1/273,16 kali suhu termodinamikatitik tripel air (CGPM ke-13, 1967). Dengan demikian, suhu termodinamika titik tripel air adalah 273,16 K. Titik tripel air adalah suhu dimana air murni berada dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya

  5. Kuat Arus Listrik dengan satuan Ampere. Didefinisikan sebagai kuat arus tetap yang jika dialirkan melalui dua buah kawat yang sejajar dan sangat panjang, dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakkan pada jarak pisah 1meter dalam vakum, yang menghasilkan gaya 2 X 10-7 newton pada setiap meter kawat.

  6. Jumlah Zat atau Molekul dengan satuan Mole.

  7. Intensitas Cahya dengan satuan Candela. Didefiniskan sebgai intensitas cahaya suatu-sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540 X 1012 hertz dengan intensitas radiasi sebesar 1/683 watt persteradian dalam arah tersebut (CGPM ke-16, 1979).

Daftar bacaan:
  1. Fisika Dasar; Anonim
  2. http://www.wikipedia.com

 

Copyright 2010-2011 All Rights Reserved | Mumpung Padhang Rembulane Designed by Bloggers Template | CSS done by Link Building